Cinta Habibie Muda Kepada Bangsa

#MudaBikinBangga
© 2016 storibriti.com/Panji Diksana

Suasana nan senjuk menambah gravitasi di tempat tidurku, ingin rasanya aku memejamkan mata ini lebih lama lagi. Nyanyian suara burung bersahutan merangkai sebuah alunan melodi nan indah, cahaya mentaripun mulai menerobos kecelah-celah jendela kamarku. Rasa malas telah mengrogoti tubuh ini, " Ah males banget pagi ini " Pintaku sambil mengabil handphone yang sengaja aku letakan tak jauh dariku. Jemariku mulai menari-nari memilih aplikasi kurio dan mulai mencari berita-berita pagi ini. Ya aku suka membaca berita-berita lokal maupun non-lokal, tapi masalahnya aku males banget untuk membeli koran, bukannya aku nggak punya uang akan tetapi aku ingin menjaga bumi ini dari penggunaan kertas berlebihan, oleh karena itu aku menggunakan aplikasi Kurio ini, lagian aku juga bisa mendapatkan informasi baik lokal maupun non-lokal hanya dengan sentuhan jari dari aplikasi Kurio ini, dan yang paling utama ramah lingkungan.
       Sebenarnya rasa malas ini masih membalut tubuhku, keinginan kuat ingin menonton film Rudy Habibie  lah yang membuatku semangat untuk mengambil laptop kemudian menyalakannya. Ya semua orang tau tentang film ini, sebuah film tentang perjalanan muda sang inspirator bangsa siapa lain kalo bukan B.J Habibie. Habibie adalah idolaku dari kecil, siapa sih yang nggak ingin menjadikannya sesosok idola, seorang putra bangsa yang telah memiliki 46 hak paten, dan juga seorang presiden ke-3 RI bukan itu saja beliau juga seorang mantan ketua PPI Jerman. Ya kita tau kalo orang akademis akan menganggap organisasi itu nggak penting, tapi berbeda dengan sosok Habibie. Bicara tentang sosok Habibie memang nggak akan ada habisnya pasti ada saja cerita yang dapat kita ambil dari sang inspirator bangsa ini. Seperti :

Taat Beragama
       Habibie beragama islam, dari kecil ia diajarkan shalat, mengaji dan ilmu agama lainnya dari sang ayah dan ibu. Ketika ia menimba ilmu di Jerman ia tetap melaksanakan shalat, ya saat itu di Jerman sangat sulit untuk mendapatkan masjid maupun mushallah, namun ia tetap melaksanakan shalat ketika waktu shalat telah tiba. Pernah kala itu Habibie melakukan shalat di bawah tangga kampusnya, dan direkam oleh teman-teman dari negara lain. Setelah selesai shalat mereka bertanya kepada Habibie apa yang ia lakukan, dengan spontan dan tersenyum Habibie menjawab saya sedang melakukan shalat atau bersujud kepada Allah sama seperti kalian bersujud kepada tuhan kalian. Sampai pada akhirnya habibie membangun sebuah mushallah di Rhenisch Wesfalische Tehnische Hochscule Jerman.

Keluarga Habibie
      Habibie lahir di Pare-pare 25 juni 1936 dari pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A Tuti Marini Puspowardojo. Saat itu Indonesia masih sangat kental dengan adat dan istiadatnya sehingga jika seorang pasangan menikah berbeda suku maka pasangan tersebut akan diusir dari suku mereka, itulah yang dialami oleh kedua orang tua Habibie. Sang ayah meninggal saat Habibie masih berumur 12 tahun, ketika mereka melakukan shalat maghrip berjama'ah dirumah, namun ketika sujud terakhir sang ayah tak kujung mengucapkan Allahuakbar, kemudian Habibie menjadi imam dan melanjutkan shalatnya hingga selesai.

Cita-cita Yang Kuat
        Kadang hidup itu tak seindah cita-cita, tapi cuman cita-cita yang bisa bikin kita hidup. Mungkin itu yang jadi pedoman Habibie muda, Ia pernah ditolak idenya bahkan ditodong pistol saat ia ingin mengubah indonesia dari politik menjadi pembangunan Indonesia. Ketika saat itu ia menjabat sebagai ketua PPI Jerman. Ia juga mengatakan kalo ia gagal membangun indonesia ia tidak akan melanjutkan pendidikan magisternya. Ketika saat sedang membuat proyek pesawatnya ia sempat di hentikan karna ia warga negara Indonesia dan jika Habibie ingin melanjutkan proyeknya ia harus pindah menjadi warga negara Jerman, akan tetapi ia tetap memilih warga Indonesia. Ia juga sempat mengatakan " Jika suatu saat nanti Ibu pertiwi memanggil saya, saya akan merobek paspor Jerman dan langsung kembali ke ibu pertiwi".

Kisah Asmara Bersama Ilona
        Semua makhluk hidup merasakan manisnya cinta. Baik tua maupun muda tetap merasakan manisnya cinta. Begitu pula yang dialami oleh Habibie saat muda, ia pernah memberikan hatinya kepada seorang gadis keturunan polandia yang mahir berbahasa Indonesia. Namun pada akhirnya mereka berpisah dikarenakan Habibie lebih memilih Indonesia , lebih mecintai Indonesia, dan ingin menjadi mata air yang terus mengalir untuk Indonesia.

      Mungkin itu sedikit dari banyaknya kisah inspirasi dari sosok Habibie muda, ingin rasanya aku seperti ia, aku ingin dikenal oleh dunia dan paling utama aku ingin menjadi mata air yang terus mengalir untuk Indonesia, memang tak mudah untuk menjadi mata air yang jernih, penuh perjuangan dan rintangan.

NB : Buat temen-temen yang ingin berpatisipasi dalam lomba dengan tema " Tokoh Muda Inspiratif Di Matamu " yang diadakan oleh Kurio, silahkan kunjungi situsnya : Blog Kurio , Dan paling penting jangan lupa bagikan dan komen di bawah, dan jangan lupa masukan dan sarannya. #MudaBikinBangga


EmoticonEmoticon